Tampilkan postingan dengan label Seni Budaya. Tampilkan semua postingan
Seni Teater
Bab 7 Dasar Pemeranan Teater Modern
Pemeran sebagai elemen penting dalam sebuah pementasan. Seorang pemeran harus dapat menguasai tubuh, emosi, dan intelektual. Penguasaan tubuh berkaitan dengan olah tubuh, yaitu cara mendayagunakan organ tubuh untuk mencapai kekuatan, kelenturan, ketahanan, dan keterampilan tubuh sehingga menciptakan gerak yang dibutuhkan dalam pementasan.
Olah tubuh seorang pemeran seperti seorang seniman keramik menyiapkan adonan tanah liat yang diaduk-aduk, diremas, dan digiling sebelum membentuk keramik yang diinginkan.
Latihan olah tubuh membuat pemeran sadar bahwa tubuh dan tidak terjadi pertentangan. Ia akan dapat merasakan bahwa setiap bagian tubuhnya akan menjalankan fungsi aktif dalam menempuh ruang.
Latihan olah tubuh dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
1. Pemanasan atau Peregangan (warm-up), serial gerakan tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan progresif (bertahap)
2. Olah tubuh inti, serial pokok dari gerakan yang akan dilatih sesuai dengan tujuan
3. Pendinginan atau peredaan (warm-down), serial pendek gerakan latihan yang bertujuan untuk mempertahankan penambahan sirkulasi yang ringan dan menggunakan kehangatan tubuh dan memberi kesempatan otot-otot untuk mengambil manfaat dari latihan.
Berikut contoh gerakan latihan pemanasan :
- Latihan Leher
- Latihan Jari dan Pergelangan Tangan
- Latihan Siku
- Latihan Bahu
- Latihan Bahu
- Latihan Tungkai Kaki dan Punggung
- Latihan Pergelangan Kaki
Contoh dari latihan inti yaitu latihan gerakan tulang belakang. Tulang belakang seorang pemeran mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena pose tubuh yang diciptakan oleh pemeran tergantung dari kelenturan tulang belakangnya. Contoh latihan gerakan tulang belakang yaitu :
- Cembung, cekung dan datara tulang belakang
- Menggulung dan melepas
- Ayunan bandul tubuh atas
Latihan olah vokal meliputi latihan : pernapasan dada, pernapasan perut, pernapasan diafragma, senam lidah, senam rahang bawah, latihan tenggorokan, berbisik, bergumam dan bersenandung. Latihan artikulasi meliputi latihan : bunyi suara nasal, bunyi suara oral, dan diksi. Latihan intonasi meliputi jeda (pemenggalan kalimat) dan tempo (cepat atau lambatnya ucapan).
Dalam teater, pernapasan berhubungan dengan produksi suara. Diksi adalah latihan mengeja atau berbicara dengan keras dan jelas. Latihan diksi berfungsi memberi kejelasan suara dari kata yang diucapkan. Banyak pemeran menyangka agar dapat didengar hanya perlu berbicara keras, padahal yang dibutuhkan tidak hanya itu, tetapi pengucapan yang jelas.
Dalam Bahasa Indonesia, huruf yang hampir sama pengucapan dan terdengarnya adalah huruf p dengan b, t dengan d, dan k dengan g. Latihan diksi dimulai dari membedakan huruf tersebut, kemudian diaplikasikan pada kata dan kalimat.
Intonasi adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata, sehingga tidak datar atau monoton. Intonasi menentukan antusiasme dan emosi dalam berbicara. Fungsi intonasi : membuat pembicaraan menjadi menarik, tidak membosankan, dan kalimat yang kita ucapkan lebih bermakna.
Intonasi berperan dalam pembentukan makna kata, bahkan bisa mengubah makna suatu kata. Artikulasi adalah hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya, karena artikulasi adalah satu ekspresi gestur yang kompleks. Latihan artikulasi adalah latihan tentang kejelasan bunyi suara yang dikeluarkan oleh organ suara.
Bunyi suara meliputi bunyi suara nasal (di rongga hidung) dan bunyi suara oral (di rongga mulut). Bunyi nasal muncul ketika langit-langit rongga mulut diangkat-diturunkan, membuka jalan untuk aliran udara menuju rongga hidung, udara beresonansi menghasilkan bunyi. Bunyi nasal meliputi huruf m, n, ny, dan ng. Bunyi suara oral ada 2, yaitu bunyi suara vokal dan bunyi suara konsonan.
Bunyi vokal atau huruf hidup diproduksi dari bentuk mulut yang terbuka, misalnya a, i, u, e, o, dan diftong (kombinasi dua huruf hidup, misalnya au, ia, ai, ua dan lain-lain). Bunyi konsonan diproduksi ketika aliran nafas dirintangi atau tertahan di mulut. Bunyi konsonan meliputi semua huruf kecuali huruf konsonan.
Proses dalam pementasan teater adalah proses komunikasi, yaitu proses transformasi informasi antara komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menggunakan 2 bahasa, yaitu bahasa verbal dan nonverbal.
Bahasa verbal adalah bahasa yang berupa kata-kata yang dianut oleh seorang dalam budaya tertentu. Misalnya, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris dan sebagainya. Bahasa nonverbal atau bahasa tubuh (gestur) adalah sikap atau pose tubuh seseorang yang mengandung makna dan menimbulkan bahasa tubuh (body language).
Bahasa tubuh dipengaruhi oleh budaya tertentu, karena bahasa tubuh tidak bersifat universal. Misalnya ‘mengangguk’, di Indonesia diartikan sebagai persetujuan sedangkan di India diartikan sebagai penolakan.
Pusat perhatian seorang pemeran adalah sukma atau jiwa peran atau karakter yang akan dimainkan. Semua yang mengalihkan perhatian atau yang mempengaruhi konsentrasi seorang pemeran atas karakter yang dimainkan, dapat merusak proses pemeranan. Sehingga, konsentrasi menjadi sesuatu sangat perlu untuk pemeran.
Tujuan dari konsentrasi adalah mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya.
Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu peran yang dimainkan, juga agar pemeran bisa mengalami dunia yang lain dengan segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia tersebut.
Ingatan emosi adalah perangkat pemeran untuk bisa mengungkapkan atau melakukan hal yang berada di luar dirinya. Sumber ingatan emosi adalah kajian pada ingatan diri sendiri dan kajian sumber motivasi atau lingkungan motivasi yang bisa diamati. Ingatan emosi berfungsi mengisi emosi peran yang dimainkan.
Seorang pemeran harus mengingat segala emosi yang terekam dalam sejarah hidupnya, baik itu merupakan pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain yang kita rekam. Dengan ingatan emosi akan mudah memanggil kembali jika kita perlukan ketika sedang memainkan peran tertentu.
Imajinasi adalah proses percobaan pemisahan pikiran, digunakan untuk menciptakan teori dan ide berdasarkan fungsinya. Ide ini dapat membawa kita ke dunia maya dan selanjutnya jika ide tersebut memungkinkan dan fungsinya nyata maka ide tersebut dapat diwujudkan dalam kenyataan.
Daftar Pustaka :
Milasari, Heru S., Siti M., dan Jelmanto. 2018. Seni Budaya SMP/MTs IX. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Tari Kreasi
Bab 5 Tari Kreasi
Tari kreasi merupakan pengembangan tari rakyat dan tari klasik. Tari kreasi baru muncul karena ada panduan gerak dari daerah lain atau masuknya gerak tari dari negara lain, dikembangkan dengan unsur tradisi dan iringan musik yang bervariasi.
Tari kreasi mempunyai bentuk mengekspresikan artistik yang bersifat individual dan lebih mengutamakan ekspresi dan estetika dibanding pertunjukan.
Tari kreasi adalah tari yang koreografi nya bertolak pada tari tradisional atau pengembangan dari pola tari yang sudah ada. Terbentuknya tari kreasi dipengaruhi oleh gaya tari daerah lain, negara lain atau hasil kreativitas penciptanya.
Contoh tari kreasi yaitu Tari Gebyar Trompong, Tari Oleg Tambulilingan, Tari Manuk Rawa (Bali), Tari Karonsih (Jawa tengah), Tari Kipas, dan Tari Mainang Pulo Kampu (Sumatra).
Tari kreasi memiliki keragaman dan keunikan yang berbeda dengan kawasan Asia. Perkembangan seni tari terjadi secara alami dan sesuai dengan tuntutan zaman yang memunculkan keragaman seni tari di Nusantara dan di luar Nusantara (mancanegara).
Tari kreasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu
1. Tari kreasi berpolakan tradisi
Tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi dalam hal koreografi, musik/karawitan, tata busana, rias, dan tata teknik pentasnya, tanpa menghilangkan esensi tradisinya. Contohnya, Tari Nandak Gojek dari Betawi, yang ditarikan oleh siswi SMK Negeri di Jakarta Jurusan Seni Tari.
Tari Nandak Gojek diciptakan tahun 2014 oleh siswi SMK dengan bimbingan guru kesenian, tari ini berangkat dari pengembangan gerak tari Topeng Betawi dengan iringan musik gamelan topeng dan properti tari berupa payung.
Berikut contoh gerakan tari Nandak Gojek :
2. Tari kreasi baru tidak berpolakan tradisi (nontradisi) :
Tari kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola tradisi dalam hal koreografi, musik, rias, busana dan tata teknik pentasnya. Contoh tari kreasi baru nontradisi, yaitu tari kontemporer karya Wiwit jurusan Seni Tari UNJ. Berikut contoh gerakannya :
Tari Gegot adalah tari Betawi yang diciptakan oleh Entong Sukirman dan Kartini Kisam tahun 1976. Merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan para remaja putri Betawi yang sedang menjalankan masa remajanya, canda dan tawa mewarnai kehidupannya.
Ide tarian ini berawal dari karakter topeng, panji dan jingga, yang mewakili kehidupan keseharian manusia, sehingga menjadi bentuk tari pergaulan dan gerak canda dapat diartikan sebagai kebersamaan. Iringan Tari Gegot adalah musik Topeng Betawi, yaitu kendang, gong, kempul, kenong tiga, kenceng, kecrek, serta rebab. Tari sebagai pertunjukan (theat ri cal dance).
Tari jenis ini adalah tari yang disusun sengaja untuk dipertontonkan. Oleh karena itu, dalam penyajiannya mengutamakan segi artistiknya, penggarapan koreografi yang baik, serta tema dan tujuan yang jelas. Berikut contoh busana dan tata rias Tari Gegot :
Tari Ronggeng Blantek diciptakan tahun 1985 oleh Wiwiek Widyastuti. Tari Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi baru yang diangkat dari teater Betawi berjudul Topeng Blantek, di mana ketika memulai pertunjukan topeng diawali dengan pertunjukan tari yang disebut Ronggeng Blantek.
Dalam perkembangannya, Tari Ronggeng Blantek menjadi tarian lepas dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai tari bentuk dan pertunjukan pada acara dalam penyambutan tamu.
Berikut contoh Tari Ronggeng Blantek :
Tari Loliyana adalah tari kreasi yang berasal dari Maluku yang pertunjukannya berdasarkan tradisi masyarakat Kepulauan Teon Nila, Serua. Tari Loliyana berasal dari Upacara Panen Lola sehingga disebut tari Panen Lola. Loliyana berasal dari kata Lola, yaitu pekerjaan mengumpulkan hasil laut.
Proses panen Lola diawali dengan pesta rakyat mengelilingi api unggun dari malam hingga subuh, dilanjutkan dengan syukuran dan doa kepada Yang Maha Kuasa demi keberhasilan panen yang akan dilaksanakan.
Tari Saman adalah tarian Suku Gayo yang ditampilkan untuk merayakan peristiwa penting dalam adatnya. Syair dalam Tari Saman menggunakan bahasa Gayo dan ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tari Saman berasal dari Aceh, didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo, Aceh Tenggara.
Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai daftar representatif budaya warisan manusia dalam sidang ke 6 komite antarpemerintah untuk perlindungan warisan budaya UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Berikut contoh Tari Saman :
Keunikan gerak tari tradisi terlihat dari motif gerak yang terdapat pada tari tersebut. Setiap daerah memiliki keunikan gerak yang beraneka ragam. Di daerah Betawi memiliki motif gerak pakblang, di Bali memiliki motif gerak agem, dan sebagainya. Dari berbagai motif gerak dapat dikolaborasikan, sehingga dikembangkan menjadi gerak baru dan tercip